Rencanakan Keuangan dan Gaji di Usia Muda Agar Tidak Cepat Habis dengan Cara Ini
Konten.co.id – Masih muda, baru terima gaji, lantas bingung uangnya untuk apa. Ada yang habis untuk investasi, travelling. ada juga yang habis untuk beli makan saja.
Satu yang pasti habis. Mau mencari financial planner, tapi mahal. Berikut Konten.co.id kasih tahu cara merencanakan keuangan dan gaji di suia muda agar tidak cepat habis.
Yang utama adalah tujuan dari financial planning sendiri Ibarat kita mau pergi ke suatu tempat, kita harus punya tujuan mau ke mana, lewat mana dan naik apa.
Merencanakan keuangan juga begitu. Kita harus tahu; 1. Goal kita apa 2. Kondisi keuangan saat ini bagaimana 3. Mengondisikan.
Tujuan setiap orang bisa bermacam-macam. Ada yang mau pensiun dini, ada yang mau hidup nomaden, ada yang mau jadi milyarder, atau bahkan hidup sederhana.
Sah? Sah saja. Kita yang menjalani, kita yang menentukan. Yang bahaya adalah ketika kita tidak punya tujuan finansial.
Ketika orang tidak punya tujuan finansial, lagi, itu seperti kita sudah siap berangkat pergi, tapi tidak punya tujuan. Akhirnya kita hanya pergi dengan kendaraan kita, kemanapun kita pergi.
Hasilnya? Kita hanya menghabiskan bensin dan waktu kita di jalan. Begitu juga dengan finance.
Hal yang kita perlu lakukan:
1.Menentukan tujuan.
Goal di sini kita bagi 3 macam; Jangka pendek, Jangka menengah dan Jangka panjang. Jika sudah menentukan, mari hitung totalnya.
Jangka pendek itu sependek apa? Normalnya dalam hitungan bulan, sampai dengan satu tahun. Biasanya sifatnya rutin, seperti; Pengeluaran bulanan, Cicilan, Beli ponsel yang mostly kita butuh dalam jangka waktu dekat.
Jangka waktu menengah mulai bervariasi untuk setiap orang. Mungkin di kisaran 5-10 tahun. Contoh Tabungan menikah, Tabungan haji, Tabungan untuk sekolah S2, S3, dan lain-lain.
Untuk jangka panjang lebih bervariasi lagi. Ada yang mempersiapkan untuk pensiun dini, menyiapkan tabungan pendidikan anak, atau bahkan ingin menyelamatkan dunia.
- Kondisi keuangan saat ini
Bagaimana kondisi keuangan saat ini? Apakah surplus? Atau minus karena banyak cicilan? Jika surplus, berarti tinggal nabung sesuai target. Nah, kalau minus? Ini yang biasa jadi PR para financial planner.
Kenapa minus bisa jadi PR besar? Karena ketika kondisi keuangan berbeda. Semakin kamu diemin, minusnya akan semakin besar.
Berbeda ketika kamu makan 2 apel temanmu, dan kamu ganti 2 apel tahun depan, mungkin tidak masalah. Kartu kredit, misalnya. Jika didiamkan, makin bengkak.
Untuk itu, kita perlu perlindungan. Misalnya, kita punya cicilan, kalau tiba-tiba kita meninggal, siapa yang menanggung cicilan kita?
Kita butuh seseorang atau institusi yang melunasi hutang kita saat itu. Untuk itu kita perlu asuransi.
Asuransi ada bermacam-macam. Ada asuransi Jiwa, Asuransi kesehatan, Asuransi harta benda, Asuransi perjalanan, dan lain-lain.
Fungsinya satu, untuk menanggung kerugian. Terus, asuransi pendidikan itu sebenernya ada nggak sih? Apa yang ditanggung? Nilai jelek?.
Asuransi juga ada dua macam. Yaitu asuransi murni dan Asuransi unit. Bedanya, kalau murni itu uang premi kita tak kembali.
Karena uang kita terpakai nanggung yang melakukan klaim. Semacam subsidi silang. Kalau unit link, dijanjikan balik. Dengan catatan setelah sekian tahun.
Kok bisa balik? Karena uang yang kita bayarkan itu dibelikan produk-produk investasi. Maka dari itu, uang yang dijanjikan akan balik pun juga baliknya lama, biasanya di atas 5 tahun.
Asuransi kesehatan, harta benda, dan lain-lain juga penting. Karena faktor-faktor di atas sering kali jadi “penggerus” terbesar tabungan kita. Kita emang tidak bisa menghindari resiko, tapi kita bisa memperkecil resiko.
Satu lagi dana darurat. Selain kematian, kita juga tidak tahu kapan kita di-PHK, kapan orang lain melakukan kesalahan tapi kita ikut nanggung beban mereka.
Banyak yang advice, rumus ideal dari dana darurat adalah 6x pengeluaran bulanan. Makin besar makin bagus.
intinya: Lihat kondisi keuangan saat ini, buat kondisi keuangan surplus serta Lindungi dan perkecil resiko pengeluran yang tidak diinginkan dengan asuransi dan dana darurat.
Lanjut ke poin terakhir, yaitu mengondisikan. Mengondisikan di sini adalah menyesuaikan tujuan finansial kita dengan kondisi kita saat ini, termasuk langkah-langkah preventifnya.
Ibaratnya, kalau tujuan kita di sana, kita ada di mana? Seberapa jauh dari tujuan kita tentunya secara penerapannya akan berbeda setiap orang.
Mengondisikan bisa berarti memilih prioritas, mengontrol resiko, mengukur besaran pendapatan. Ibarat kita bawa kendaraan, kita sesuaikan kapan bisa ngebut, kapan jalan santai, kapan harus pelan-pelan.
Finansial rekat hubungannya dengan hukum. Jangan sampai salah jalan. Good luck guys!. (*)
Penulis : Ade Indra