Kader Gelora Malang Kritik Keras Fahri Hamzah yang Bela Ahok : Diam Dulu
Konten.co.id – Ditunjuknya mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai anggota direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menimbulkan pro kontra.
Banyak yang membela Ahok. Salah satunya wakil ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fahri Hamzah. Pembelaan Fahri terhadap Ahok ditentang Kader Partai Gelora Malang Abrar Rifai.
Ia mengatakan kalau Fahri dikenal banyak ngomong. Sehingga rentan salah ngomong. “Sebagaimana pembalap rentan tabrakan, seperti penerbang yang rentan terjatuh dan seperti pelayar rentan tenggelam. Beda dengan mereka yang tidak pernah ngomong, gimana akan salah ngomong, lha ngomong aja tidak,” katanya dalam keterangan resminya.
Ia mengatakan orang semakin banyak ngomong akan banyak salahnya. Begitu sebaliknya jika orang itu jarang ngomong, maka akan jarang salahnya.
Terkait kesalahan Fahri kali ini, ia pun setuju kalau Fahri harus dihantam. “Saya sepakat Fahri harus dihantam! Kedepan Fahri harus lebih hati-hati. Menghindari kesalahan ngomong, bukan hanya secara normatif memang salah, tapi sangkaan orang awam, itu juga penting,” ucapnya.
Terkait Ahok, lanjutnya, ia sudah selesai. Ahok dinilai layaknya comberan atau tempat pembuangan air yang tidak mungkin lagi dijernihkan. “Ahok pernah jadi musuh nomer satu umat islam Indonesia,kecuali sekedar penjara yang tak sampai dua tahun itu, sampai sekarang ia tidak ada upaya damai dengan kita,” katanya.
“Melakukan pembelaan terhadap Ahok sama dengan membiarkan diri dilempar dengan kotoran,” tambahnya.
Itulah yang saat ini terjadi. Ada banyak orang yang menghujat Fahri. Terlebih sebagian kader PKS yang telah memposisikan Fahri sebagai musuh nomor satu. Fahri dianggap jahat.
“Bahkan lebih jahat dari Ahok sendiri, sebab cibiran dan makian kader PKS kepada Fahri jauh lebih sadis daripada hujatan mereka kepada Ahok,” ucapnya.
Bahkan terkait Ahok yang mempermainkan surat Al Maidah ayat 51, awalnya PKS pun terlihat membela Ahok. Bahkan enggan mengikuti berbagai aksi seperti 411. Tapi setelah rakyat menggelora mereka pun ikut aksi 212.
Dalam akun twitternya, Fahri mencuitkan kalau seorang narapidana jika sudah keluar dari penjara akan dianggap sebagai manusia biasa. Bahkan dalam Pasal 27 Undang-undang Dasar 1945 menjamin bahwa semua warga negara punya kedudukan yang sama di mata hukum.
Sehingga ia menilai Ahok bisa menjabat sebagai direksi BUMN.
“Jika seorang warga negara divonis bersalah, lalu negara menahannya menjadi narapidana dan ia menjalankannya sampai selesai, maka ia kembali menjadi #warganegara biasa. Inilah konsep negara hukum yg akan kita bangun. Kita tak mengenal hukuman tambahan apalagi seumur hidup,” cuitnya.
Tapi Fahri memberi catatan bahwa KemenBUMN harus memberikan alasan yang tepat kepada publik tentang latar penunjukkan Ahok. “Catatan seperti itu terkesan mudah bagi Fahri. Orang ini memang selalu mendahulukan kebenaran hukum dan aturan negara yang semestinya,” terangnya.
“Walau kebenaran yang digenggamnya itu hal yang tidak populer, walau untuk itu ia harus menanggung cacian,” tambahnya.
Tapi terkait pendapat Fahri beberapa BUMN memerlukan orang keras seperti Ahok, yang ini Fahri salah. Ini jelas mengada-ada.
“Keras boleh tapi bukan caci maki Hanum seperti yang diperagakan Ahok saat menjadi Gubernur DKI Jakarta,” terangnya.
Bahkan mantan menteri BUMN Dahlan Iskan pun sempat ragu dengan penunjukkan Ahok jadi anggota direksi BUMN. Ia menilai kalau BUMN tidak akan maju jika hebohnya lebih besar daripada kerjanya.
Sebab gaya Ahok selama ini hanya memperlihatkan hasil di permukaan saja. Itu juga untuk jangka pendek. “Apakah Ahok orang berprestasi,” tanya Dahlan. “Bagaimana kalau Ahok hanya berprestasi membuat kehebohan?,” tambahnya.
Sehingga menempatkan Ahok mendapat bagian di BUMN, dinilai Dahlan sebagai bentuk perjudian. Abrar pun menilai memberikan Ahok dukungan untuk menjadi pejabat di perusahaan pelat mereah tersebut adalah blunder besar bagi Fahri.
Terlebih saat ini Fahri tengah membentuk kelahiran Partai Gelora. “Saran saya untuk saat ini Fahri agar menghindari pernyataan kontroversi atau kalau bisa diam dulu,” tegasnya.
Ia mengatakan orang banyak ngomong ada baiknya untuk puasa ngomong dulu. “Sebagaimana orang banyak makan, ada waktunya ia disuruh puasa agar perutnya kembali sehat. Agar pikirannya kembali jernih, agar hatinya kembali bening,” tukasnya. (*)
Penulis : Ade Indra